Hayati, itulah
namaku.. nama yang indah pemberian dari kedua orangtua ku, . Kini aku remaja 15
tahun, aku duduk di bangku SMP kelas 3. Di masa-masa SMP ku aku banyak mengalami
banyak hal, problema dalam kehidupanku tak henti-henti bagai rintih hujan di
kala malam yang membawa kedinginan nan sunyi.. Aku termasuk gadis periang di
sekolahku, aku sering tertawa lepas .. hal ini aku lakukan karna dirumahku
sangat sulit untuk tertawa.. jangankan tertawa untuk senyum sajapun terasa
berat. Aku merasa tak diperhatikan lagi oleh kedua orangtuaku.. mereka sibuk
dengan pekerjaan mereka.. aku memiliki sebelas saudara kandung, cukup banyak
memang ..namun aku merasa kesepian di naunagan rumahku sendiri.. kini kami sibuk
masing-masing mengurus urusan kami sendiri. Aku sering mendapatkan perlakuan
tidak enak dari ayahku .. aku sering ditendangnya dan di pukul oleh tangannya
sendiri, untuk sebuah masalah sepeleh ayahku sangat ringan tangan, tangannya
yang dulu sering menggendongku di kala aku kecil, tangannya yang dulunya
mengajarkanku berjalan, tangannya yang dulunya menyuapiku makanan, tangannya
yang dulunya mengelus rambutku dengan sejutah kasih sayang, kini menjadi
pelampiasan kekerasan terhadap diriku. Aku rindu ayah yang dulu. Kini
kebahagiaan di rumahku terasa pudar. .. Aku mencoba melupakan segenap
problema dalam rumahku sendiri dengan ngerumpi bersama keduah sahabatku, namanya
Gita dan Riani, mereka bukan hanya sekedar sahabat biasa mereka adalah semangat
hidupku merekalah alasannya kenapa bibir yang kaku ini bisa tersenyum . Di kala
sore kami sering bercerita di samping rumah Gita di bawah pohon jambu dekat
rumahnya di atas bilik-bilik papan milik ayahnya, kami tetangga dekat rumahku
dan rumah Gita berdampingan. Kalau kami sudah ngumpul kayak gini kami akan
bercita banyak hal..
"Hayati kamu kenal dengan Hikmawan?" Kata Gita memulai pembicaraan
"Hikmawan teman kelas ku ?"..
"Iya teman kelasmu"
"kenapa emang?" Tanyaku
"Gita suka sama Hikmawan..ciee" sahut Riani dengan sedikit mengejek
"Ihh apaan sih kamu Riani kan cuman nanaya" kata Gita sedikit menyangkal
"Oh kamu suka dia.. okelah nanti saya salamkan" kataku ..mengacungkan jempol
"Ahh.. kalian ngejek .. kan aku cuman suka sedikit sama dia" Menggaruk kepalanya
Gita sahabat kecilku ia sering jatuh cinta kepada lelaki namun ia senang menyembunyikan perasaannya.
Sedang Riani sahabatku yang satu ini lebih banyak diam dan sedikit tertutup ia tak mudah dibuat jatuh cinta, banyak cinta yang datang kepadanya namun ia menolak ia takut dan masih terlalu polos untuk memulai percintaan..
Sedang aku sendiri, memulai drama cinta-cintaan sejak kelas tujuh aku menjadi tokoh utama yang hebat.. kadang aku begitu jahat terhadap laki-laki dan kadang pula aku menjadi malaikat di hadapan laki-laki, Namun untuk saat ini aku memutuskan untuk sendiri.. walau banyak lelaki yang menyatakan cintanya kepadaku harus bertahan di tembok kesendirianku, aku tak ingin sakit hati lagi, aku tak ingin mempermainkan cinta yang suci ..
..
Suara adzan dikumandangkan oleh bapak Wahyu seorang muadzin yang sudah berumur setengah abad itu, menandakan sholat asahar akan segera di tunaikan kewajiban akan tergugurkan dan kemenangan akan segera datang. langakah-langkah kaki berjalan mengikuti seruan kemenangan, panas mentari yang menyelimuti badan tak menjadi halangan...
Ayahku juga bersegera ke mesjid dengan jubah putih yang ia taruh di pundaknya, tak sediktpun ia menoleh kepadaku ataupun menyuruh anak gadisnya ini untuk melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim...
Nampak hanyalah para lansia yang mendominasi saft-saft di mesjid dekat rumahku itu. nampak di jalan seorang remaja laki-laki berjalan kaki dengan sedikit ter engah-engah, embun keringat nampak di keningnya yang sedikit menghitam, dengan tas kecil yang ia lingakarkan di pundaknya berisikan Al-Qur'an dan buku tajwid, ia berjalan dengan penuh semangat menuju ke rumah Allah, ia sedikit mencuri pandanganku..tiap hari ia menuju ke mesjid kadang menggunakan motor dan tak jarang pula ia berjalan kaki, aku hanya memperhatikannya dari kejauhan dan berharap bisa mengenal dia.. lebih jauh..
Entah apa yang membuatku ingin mengenalnya lebih jauh lagi, bagiku ia sosok yang misterius .
"Hayati..!!" sahut Gita memukul pundakku.
"eh..!! Kenapa?" kataku menatap Gita
"Kamu di panggil tuh sama mama kamu !" Kata gita menjelaskan
"oh iya.. aku pulang diluan ya, kalian lanut aajah gosipnya" akupun beranjak dari tempatku...
..
Seiring waktu berlalu yang meninggalkan kenangan yang sudah lalu membuka pintu yang ingin ku tuju, aku dan Syafir akhirnya akrab kami akrab saat bulan ramdhan sosok yang dulunya kuperhatikan dari kejauhan kini aku berdekatan. Selama ini aku salah menilai tentang dia, ternyata ia humoris dan periang.. hari-harinya dipenuhi canda dan tawa, kedekatan kami bukan hanya kedekatan biasa, kedekatan yang menimbulkan sebuah kerinduan. Tembok kesendirianku kini mulai runtuh, merindukan kak Syafir adalah keanehan bagiku, entah apa yang membawaku sampai ke titik ini.. kami saling lempar perhatian melalui pesan singkat.
....
Bersambung.......
"Hayati kamu kenal dengan Hikmawan?" Kata Gita memulai pembicaraan
"Hikmawan teman kelas ku ?"..
"Iya teman kelasmu"
"kenapa emang?" Tanyaku
"Gita suka sama Hikmawan..ciee" sahut Riani dengan sedikit mengejek
"Ihh apaan sih kamu Riani kan cuman nanaya" kata Gita sedikit menyangkal
"Oh kamu suka dia.. okelah nanti saya salamkan" kataku ..mengacungkan jempol
"Ahh.. kalian ngejek .. kan aku cuman suka sedikit sama dia" Menggaruk kepalanya
Gita sahabat kecilku ia sering jatuh cinta kepada lelaki namun ia senang menyembunyikan perasaannya.
Sedang Riani sahabatku yang satu ini lebih banyak diam dan sedikit tertutup ia tak mudah dibuat jatuh cinta, banyak cinta yang datang kepadanya namun ia menolak ia takut dan masih terlalu polos untuk memulai percintaan..
Sedang aku sendiri, memulai drama cinta-cintaan sejak kelas tujuh aku menjadi tokoh utama yang hebat.. kadang aku begitu jahat terhadap laki-laki dan kadang pula aku menjadi malaikat di hadapan laki-laki, Namun untuk saat ini aku memutuskan untuk sendiri.. walau banyak lelaki yang menyatakan cintanya kepadaku harus bertahan di tembok kesendirianku, aku tak ingin sakit hati lagi, aku tak ingin mempermainkan cinta yang suci ..
..
Suara adzan dikumandangkan oleh bapak Wahyu seorang muadzin yang sudah berumur setengah abad itu, menandakan sholat asahar akan segera di tunaikan kewajiban akan tergugurkan dan kemenangan akan segera datang. langakah-langkah kaki berjalan mengikuti seruan kemenangan, panas mentari yang menyelimuti badan tak menjadi halangan...
Ayahku juga bersegera ke mesjid dengan jubah putih yang ia taruh di pundaknya, tak sediktpun ia menoleh kepadaku ataupun menyuruh anak gadisnya ini untuk melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim...
Nampak hanyalah para lansia yang mendominasi saft-saft di mesjid dekat rumahku itu. nampak di jalan seorang remaja laki-laki berjalan kaki dengan sedikit ter engah-engah, embun keringat nampak di keningnya yang sedikit menghitam, dengan tas kecil yang ia lingakarkan di pundaknya berisikan Al-Qur'an dan buku tajwid, ia berjalan dengan penuh semangat menuju ke rumah Allah, ia sedikit mencuri pandanganku..tiap hari ia menuju ke mesjid kadang menggunakan motor dan tak jarang pula ia berjalan kaki, aku hanya memperhatikannya dari kejauhan dan berharap bisa mengenal dia.. lebih jauh..
Entah apa yang membuatku ingin mengenalnya lebih jauh lagi, bagiku ia sosok yang misterius .
"Hayati..!!" sahut Gita memukul pundakku.
"eh..!! Kenapa?" kataku menatap Gita
"Kamu di panggil tuh sama mama kamu !" Kata gita menjelaskan
"oh iya.. aku pulang diluan ya, kalian lanut aajah gosipnya" akupun beranjak dari tempatku...
..
Seiring waktu berlalu yang meninggalkan kenangan yang sudah lalu membuka pintu yang ingin ku tuju, aku dan Syafir akhirnya akrab kami akrab saat bulan ramdhan sosok yang dulunya kuperhatikan dari kejauhan kini aku berdekatan. Selama ini aku salah menilai tentang dia, ternyata ia humoris dan periang.. hari-harinya dipenuhi canda dan tawa, kedekatan kami bukan hanya kedekatan biasa, kedekatan yang menimbulkan sebuah kerinduan. Tembok kesendirianku kini mulai runtuh, merindukan kak Syafir adalah keanehan bagiku, entah apa yang membawaku sampai ke titik ini.. kami saling lempar perhatian melalui pesan singkat.
....
Bersambung.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar