Subuh berkah
Kerinduan
mendalam yang tak mampu dejalaskan, hati yang bergetar melunakkan kekakuan
menyentuh perasaan yang jauh dikegelapan, percikan cinta menunjukkan
keelokannya, tembok kesendirian runtuh oleh sebuah perhatian...
Benih-benih cinta kini menyelimuti hati,
Cukup lama aku menunggu untuk sebuah ungkapan cinta yang telah aku nanti dari mulut kak Syafir, inilah hakekat soerang wanita hanya mampu menunggu dan menanti sebuah kepastian walau tak pasti.
rintih hujan dikala malam sudah cukup membasahi seluruh tubuh.. kuliaht kak Syafir berjalan pulang sehabis shoalt isya mencoba menahan hujan dengan tas yang selalu dibawanya, namun ia harus basah kuyup oleh hujan.
Ku duduk termenung di dalam kamar dengan tatapan kosong mendengar merdunya geruhan rintih hujan, ku menunggu pesan singkat dari kak Syafir, beberapa menit kemudian pesan singkat kak Syafir masuk "assalamualaikum?"
Ku membalasnya sesegera mungkin "walaikumsalam..kak Syafir kehujanan?"
"Iya aku kehujanan nih" balas kak Syafir
"Minum yang hangat-hangat kak syafir ! Pake selimut yang tebal agar enggak kedinginan, nanti masuk angin !" Balasku dengan perhatian
"Iya Hayati.. makasih perhatiannya" ,
"Hehehe.. " balasku dengan sedikit malu
"Hayati aku rasa aku membutuhkanmu,?" balas kak Syafir memulai pemabahasan
"Maksudnya ?" Tanyaku sedikit bingung.
"Iya aku membutuhkanmu Hayati, aku rasa aku suka kamu.. dan aku rasa aku mulai merindukanmu, entah ini apa? Aku tak mampu menjelaskannya dengan kata-kata, intinya aku sayang kamu!"
Hatiku tergoyahkan oleh sebuah ungkapan via pesan singkat, hati yang dulunya terasa sepi kini mulai diramaikan oleh perasaan cinta.
"Kak Syafir.. jujur aku juga suka kamu, aku merasakan kehadiranmu di hatiku telah lama aku menunggu saat-saat ini, aku menginginkanmu sesegera mungkin dan aku rasa kata sayang ini hanya pantas untukmu". Balasku
"Hayati kamu ada waktu besok sore?"
"Hmp.. emangnya mau apa kak Syafir ?" Tanyaku penasaran.
"Aku akan menyatakan sebuah pernyataan cinta yang tulus , cinta yang terbungkus oleh kesucian terpendam dalam gelapnya samudra perasaan". Jelas kak Syafir
"Kenapa kakak tidak menyatakannya sekarang? Aku tak punya cukup waktu di kala sore" . Jawabku kembali
"Aku tidak seperti lelaki lain, aku lelaki dengan sebuah kehormatan, mengungkapkan perasaan dengan tatapan, sebagai sebuah bentuk keseriusan kepadamu wahai Hayati". Jawab kak Syafir meyakinkan.
"Tapi aku tak bisa, aku dibatasi oleh ibuku.".jawabku dengan pasrah
"Kalaupun engkau tak bisa besok, aku akan menunggumu besok lagi, jika tidak bisa, aku akan menunggumu besok lagi, aku akan menunggu Hayati sampai hari itu tiba" . Jawab kak Syafir dengan pasrahnya pula.
"Terimakasih sudah mau menunggu kak Syafir ". balasku dengan emotikon senyum.
malam ku lalui dengan segenap senyum yang terpampang di wajah, nyanyian rintih hujan membawa alur perasaan yang mengalir ke muara cinta.
Ku akhiri percakapan singkat kami yang melalui pesan singkat itu dengan ucapan "selamat malam dan mimpikan aku di tidurmu agar engkau dapat tersnyum di gelapnya malam diantara rintihan hujan".
Kutarik selimut yang beradah di bawahkaki ku, ku bungkus badan ini yang kedinginan oleh hembusan yang masuk melalui sela-sela fentilasi kecil di atas jendelaku. Mata yang tadinya bersemangat kini terasa berat, tak mampu ku menahan kelopak mata yang berusaha menutup bola mataku yang indah ini, ku pasrahkan tubuh ini termakan oleh larutnya malam. Rintih hujan dan suara katak menjadi melodi orcestra yang mengantarkan tidurku, menembus mimpi indah di malam itu.
...
heningnya subuh terpecah oleh lantunan ayat suci Al-Qur'an dari toa-toa mesjid yang ada di desa Saluborro tempat tinggalku. berlomba-lomba membangunkan hamba-hamba Allah yang sedang terlelap, menandakan bahwa adzan subuh akan segera di kemundangkan oleh muadzin-muadzin pilihan.
"Allahu akbar.. Allahu akbar.." adzan subuh kini dikumandangkan dengan lantang, seruan merdu itu membangun jiwa setiap insan termasuk aku. Ku angkat seliemut yang sepenjang malam setia mengahangatkanku, ku duduk di pinggir tempat tidurku sembari mengucapkan "Alhamdulillah", Allah telah membangunkanku setelah aku mati semalam, memberi rahmat kepadaku sehingga dengan mudahnya tubuh ini ku bangunkan untuk menunaikan sholat subuh di mesjid dekat rumahku, ku beranjak dari tempat tidurku yang menjanjikan kenyamanan itu, bersegera ke kamar mandi untuk mencuci muka yang kusut ini sembari mengambil air wudhu untuk mensucikan diri. Ku ambil mukenah yang kugantung di paku yang tertancap di belakang pintu kamarku ku. Kenakan dengan bangga ku lihat wajahku di cermin ku rapikan sedikit mukena yang agak miring di wajahku.
Ku bergegas ke mesjid dekat rumahku itu, angin subuh mengehampas wajah ini merenggengkan saraf-saraf yang tadinya sedikit kaku, mulutku bergetar, gigi beraduh melawan dinginnya angin subuh. Bekas hujan masih terpampang di jalanan aspal, menyisahkan genangan air di depan rumahku.
Ku masuki rumah Allah yang di penuhi lukisan-lukisan kaligrafi di dindingnya dengan perasaan bangga, kulihat saft depan pria dan wanita tak sampai penuh, itupun hanya di dominasi oleh para lansia, iqomah telah diperdengarkan imam mengambil posisi depan, makmun berbaris dengan rapi dan rapat.
"Allahu akbar..." pak Imam bertakbir, dan mulai membaca surah Al-fatiha, dan dilanjutkan dengan surah Al-buruj. Di rakaat kedua pak Imam membaca surah Ad-Duha, kulihat kak Syafir memasuki mesjid dan menyambung saft ia berdiri di samping ayahku.
"Assalamualaikum waroh matullah.." pak imam menoleh ke kanan dan ke kiri dan di ikuti oleh makmum di belakangnya, kak Syafir menyempurnakan sholatnya dengan menambah satu rakaat yang tertinggal.
Setelah selesai sholat, aku berdzikir memuji Allah, dengan berdzikir aku merasakan kedamaian dalam hatiku, menghapus sejenak problema di kehidupanku. Setelah aku berdzikir menyebut nama Allah ku angkat kedua tangan ini dengan wajah tertunduk "ya Allah aku hanyalah sebagian dari beribu-ribu hamba Mu yang hari-harinya dipenuhi dengan perbuatan dosa, di penuhi dengan kelalaian, dan sedikit sekali melakukan kabaikan. Aku sangat malu kepada diriku ya Allah.. engakau memberikan rahmat yang begitu sumpurna namun aku membalasnya dengan ibadah yang cacat, Ya Allah aku hanya bisa berharap engkau akan menyadarkanku ketika aku salah, engkau akan mengampuniku setiap kali aku memohon dan aku berharap engaku akan menjadikanku lebih baik dari hari yang kemarin..amiinn". Setelah kupanjatkan keluh kesahku kepada Rob ku, aku berdiiri dan bersiap-siap kembali ke naungan rumahku, ku lihat kak Syafir duduk termenung di samping tiang mesjid yang besar, ingin sekali aku menyapanya namun mulut ini terasa kaku untuk menyebut namanya...
Aku bergegas pulang kerumah, kulihat sang fajar menampakkan sinarnya yang berwarna jingga ke emasan, mengahangat bumi membuat tersnyum tanaman yang menggunkan cahayanya untuk berfotosintesis, burung-burung manri-nari di bawah langit pagi, melantungkan melodi bagai bermain paduan suara.
Sungguh indah pagi ini..
..
Bersambung....
Benih-benih cinta kini menyelimuti hati,
Cukup lama aku menunggu untuk sebuah ungkapan cinta yang telah aku nanti dari mulut kak Syafir, inilah hakekat soerang wanita hanya mampu menunggu dan menanti sebuah kepastian walau tak pasti.
rintih hujan dikala malam sudah cukup membasahi seluruh tubuh.. kuliaht kak Syafir berjalan pulang sehabis shoalt isya mencoba menahan hujan dengan tas yang selalu dibawanya, namun ia harus basah kuyup oleh hujan.
Ku duduk termenung di dalam kamar dengan tatapan kosong mendengar merdunya geruhan rintih hujan, ku menunggu pesan singkat dari kak Syafir, beberapa menit kemudian pesan singkat kak Syafir masuk "assalamualaikum?"
Ku membalasnya sesegera mungkin "walaikumsalam..kak Syafir kehujanan?"
"Iya aku kehujanan nih" balas kak Syafir
"Minum yang hangat-hangat kak syafir ! Pake selimut yang tebal agar enggak kedinginan, nanti masuk angin !" Balasku dengan perhatian
"Iya Hayati.. makasih perhatiannya" ,
"Hehehe.. " balasku dengan sedikit malu
"Hayati aku rasa aku membutuhkanmu,?" balas kak Syafir memulai pemabahasan
"Maksudnya ?" Tanyaku sedikit bingung.
"Iya aku membutuhkanmu Hayati, aku rasa aku suka kamu.. dan aku rasa aku mulai merindukanmu, entah ini apa? Aku tak mampu menjelaskannya dengan kata-kata, intinya aku sayang kamu!"
Hatiku tergoyahkan oleh sebuah ungkapan via pesan singkat, hati yang dulunya terasa sepi kini mulai diramaikan oleh perasaan cinta.
"Kak Syafir.. jujur aku juga suka kamu, aku merasakan kehadiranmu di hatiku telah lama aku menunggu saat-saat ini, aku menginginkanmu sesegera mungkin dan aku rasa kata sayang ini hanya pantas untukmu". Balasku
"Hayati kamu ada waktu besok sore?"
"Hmp.. emangnya mau apa kak Syafir ?" Tanyaku penasaran.
"Aku akan menyatakan sebuah pernyataan cinta yang tulus , cinta yang terbungkus oleh kesucian terpendam dalam gelapnya samudra perasaan". Jelas kak Syafir
"Kenapa kakak tidak menyatakannya sekarang? Aku tak punya cukup waktu di kala sore" . Jawabku kembali
"Aku tidak seperti lelaki lain, aku lelaki dengan sebuah kehormatan, mengungkapkan perasaan dengan tatapan, sebagai sebuah bentuk keseriusan kepadamu wahai Hayati". Jawab kak Syafir meyakinkan.
"Tapi aku tak bisa, aku dibatasi oleh ibuku.".jawabku dengan pasrah
"Kalaupun engkau tak bisa besok, aku akan menunggumu besok lagi, jika tidak bisa, aku akan menunggumu besok lagi, aku akan menunggu Hayati sampai hari itu tiba" . Jawab kak Syafir dengan pasrahnya pula.
"Terimakasih sudah mau menunggu kak Syafir ". balasku dengan emotikon senyum.
malam ku lalui dengan segenap senyum yang terpampang di wajah, nyanyian rintih hujan membawa alur perasaan yang mengalir ke muara cinta.
Ku akhiri percakapan singkat kami yang melalui pesan singkat itu dengan ucapan "selamat malam dan mimpikan aku di tidurmu agar engkau dapat tersnyum di gelapnya malam diantara rintihan hujan".
Kutarik selimut yang beradah di bawahkaki ku, ku bungkus badan ini yang kedinginan oleh hembusan yang masuk melalui sela-sela fentilasi kecil di atas jendelaku. Mata yang tadinya bersemangat kini terasa berat, tak mampu ku menahan kelopak mata yang berusaha menutup bola mataku yang indah ini, ku pasrahkan tubuh ini termakan oleh larutnya malam. Rintih hujan dan suara katak menjadi melodi orcestra yang mengantarkan tidurku, menembus mimpi indah di malam itu.
...
heningnya subuh terpecah oleh lantunan ayat suci Al-Qur'an dari toa-toa mesjid yang ada di desa Saluborro tempat tinggalku. berlomba-lomba membangunkan hamba-hamba Allah yang sedang terlelap, menandakan bahwa adzan subuh akan segera di kemundangkan oleh muadzin-muadzin pilihan.
"Allahu akbar.. Allahu akbar.." adzan subuh kini dikumandangkan dengan lantang, seruan merdu itu membangun jiwa setiap insan termasuk aku. Ku angkat seliemut yang sepenjang malam setia mengahangatkanku, ku duduk di pinggir tempat tidurku sembari mengucapkan "Alhamdulillah", Allah telah membangunkanku setelah aku mati semalam, memberi rahmat kepadaku sehingga dengan mudahnya tubuh ini ku bangunkan untuk menunaikan sholat subuh di mesjid dekat rumahku, ku beranjak dari tempat tidurku yang menjanjikan kenyamanan itu, bersegera ke kamar mandi untuk mencuci muka yang kusut ini sembari mengambil air wudhu untuk mensucikan diri. Ku ambil mukenah yang kugantung di paku yang tertancap di belakang pintu kamarku ku. Kenakan dengan bangga ku lihat wajahku di cermin ku rapikan sedikit mukena yang agak miring di wajahku.
Ku bergegas ke mesjid dekat rumahku itu, angin subuh mengehampas wajah ini merenggengkan saraf-saraf yang tadinya sedikit kaku, mulutku bergetar, gigi beraduh melawan dinginnya angin subuh. Bekas hujan masih terpampang di jalanan aspal, menyisahkan genangan air di depan rumahku.
Ku masuki rumah Allah yang di penuhi lukisan-lukisan kaligrafi di dindingnya dengan perasaan bangga, kulihat saft depan pria dan wanita tak sampai penuh, itupun hanya di dominasi oleh para lansia, iqomah telah diperdengarkan imam mengambil posisi depan, makmun berbaris dengan rapi dan rapat.
"Allahu akbar..." pak Imam bertakbir, dan mulai membaca surah Al-fatiha, dan dilanjutkan dengan surah Al-buruj. Di rakaat kedua pak Imam membaca surah Ad-Duha, kulihat kak Syafir memasuki mesjid dan menyambung saft ia berdiri di samping ayahku.
"Assalamualaikum waroh matullah.." pak imam menoleh ke kanan dan ke kiri dan di ikuti oleh makmum di belakangnya, kak Syafir menyempurnakan sholatnya dengan menambah satu rakaat yang tertinggal.
Setelah selesai sholat, aku berdzikir memuji Allah, dengan berdzikir aku merasakan kedamaian dalam hatiku, menghapus sejenak problema di kehidupanku. Setelah aku berdzikir menyebut nama Allah ku angkat kedua tangan ini dengan wajah tertunduk "ya Allah aku hanyalah sebagian dari beribu-ribu hamba Mu yang hari-harinya dipenuhi dengan perbuatan dosa, di penuhi dengan kelalaian, dan sedikit sekali melakukan kabaikan. Aku sangat malu kepada diriku ya Allah.. engakau memberikan rahmat yang begitu sumpurna namun aku membalasnya dengan ibadah yang cacat, Ya Allah aku hanya bisa berharap engkau akan menyadarkanku ketika aku salah, engkau akan mengampuniku setiap kali aku memohon dan aku berharap engaku akan menjadikanku lebih baik dari hari yang kemarin..amiinn". Setelah kupanjatkan keluh kesahku kepada Rob ku, aku berdiiri dan bersiap-siap kembali ke naungan rumahku, ku lihat kak Syafir duduk termenung di samping tiang mesjid yang besar, ingin sekali aku menyapanya namun mulut ini terasa kaku untuk menyebut namanya...
Aku bergegas pulang kerumah, kulihat sang fajar menampakkan sinarnya yang berwarna jingga ke emasan, mengahangat bumi membuat tersnyum tanaman yang menggunkan cahayanya untuk berfotosintesis, burung-burung manri-nari di bawah langit pagi, melantungkan melodi bagai bermain paduan suara.
Sungguh indah pagi ini..
..
Bersambung....